Aku
berdiri ditengah sesaknya bus Transjakarta. Tak menyangka Hari Minggu pun akan
seramai ini. Aku menghela nafas panjang dan tersenyum, mencoba menikmati
penatnya hari-hari yang bersinggah menggerayangiku tanpa bosan. Aku dengan
pikiranku yang berkecamuk tanpa henti, seakan dia tanpa lelah bekerja 24 jam
dalam sehari. Aku melihat sekelilingku, wajah-wajah yang pastinya penuh dengan
pikirannya masing-masing. Yah, aku tidak sendiri.. Aku tahu mereka menyimpan
masalah mereka sendiri dalam pikiran mereka. Aku melirik ke arah ibu yang duduk
didepanku. Usianya sekitar 46an tahun, sesekali dia memandangku. Aku menebak
mungkin dia sedang memikirkan bagaimana ia dapat berperan sebagai ibu yang baik
untuk anak-anaknya, mengkhawatirkan apakah anak-anaknya itu akan tumbuh menjadi
orang yang sesuai dengan harapannya agar tidak menyusahkan kelak mereka dewasa.
Tak berapa lama pandanganku beralih pada sosok wanita muda yang berdiri tepat
disebelah kiriku. Pandangannya tidak pernah lepas dari handphone ditangannya sambil sesekali tertawa kecil. Sepertinya ia
sedang jatuh cinta, atau sedang masa ‘PDKT’ alias pendekatan. Hahaha.. Mungkin
saja..
Aku
melihat jalanan yang cukup ramai, melihat diluar banyak pengendara bermotor
yang saling salib menyalib berusaha mencari celah agar ada diposisi lebih dulu
dari yang lain. Hidup dalam hal apapun sudah terbiasa dengan kompetisi, tidak
diragukan bahwa makhluk hidup memang memiliki kodrat untuk saling berkompetisi.
seperti halnya kendaraan bermotor tersebut. Aku tertegun melihat satu
pengendara motor yang terlihat sangat hati-hati berkendara. Wajahnya pucat pasi
dengan kulit yang hitam legam. Hatiku tergerak menjadi iba melihat wajah rapuh
itu. Wajahnya terlihat dipenuhi kecemasan dan keletihan. Tiba-tiba saja aku
ingat wajah mama dan papaku. Mama yang sedari aku kecil berdagang dipasar untuk
membantu ekonomi keluarga, sampai lelahnya membuat dia harus keguguran. Papa,
yang bahkan harus berangkat subuh dan pulang hingga subuh. Kadang papa cerita
betapa sulitnya mencari penumpang, karena sudah mulai banyak pengendara taksi
di Jakarta tapi papa harus tetap mengejar setoran dan menahan sakit didada
karena terlalu lama kena AC dan angin malam. Dan alangkah berkahnya jika Tuhan
memberi sedikit rejeki sisa dari uang setoran untuk menafkahi kami. Dalam
benakku aku menyimpan rasa syukur yang besar karena akhirnya pada dan mama
tidak perlu lagi bekerja diluaran, karena sudah ada warung kecil-kecilan yang
diusahakan orangtuaku untuk menghidupi keperluan mereka sehari-hari.
Aku
terdiam, seraya bersyukur aku tersenyum, bergumam dalam hati berterima kasih
akan kebaikan Sang Pencipta hidup. Tiba-tiba saja mentari meredup termakan
senja, awan menggantung ranum berganti kelabu. Rupanya semesta sore itu hendak
mengundang hujan. Ingatanku menerawang mendadak menggalau. Kembali ku arahkan
pandanganku ke sisi luar jalan, berusaha mengusir bayangan masa lalu. Tak
disangka bertepatan aku menemukan sosok pengendara motor yang merupakan bagian
dari masa lalu itu sendiri. Tidak salah lagi, derasnya hujan dan dengan wajah
yang hampir seluruhnya tertutupi mantel hujan, aku masih bisa mengenali
wajahnya. Seseorang yang bayangannya saja mampu menyita semua perasaanku. Seseorang
yang tidak pernah berhenti merasuki dinding kalbuku. Entah takdir macam apa
yang mengijinkan aku bertemu dengannya lagi. Mungkin dia tersadar juga, orang
itu melihat pula ke arahku dan membuka kaca helmnya. Lampu merah yang seperti
terhenti oleh waktu membuat semuanya semakin jelas dan lama aku bertatapan
dengannya setelah sekian lama, kurang lebih enam tahun lamanya kami terpisah.
Dia masih laki-laki yang sama. Dengan senyumnya yang terlihat dipaksakan dia
melambaikan tangannya. Entah itu perasaan rindu ataukah hancur seperti yang aku
rasakan, yang jelas kami tidak akan pernah ditakdirkan untuk bersama. Diwaktu 5
menit ini, aku begitu merindukannya, aku ingin memeluknya, tapi itu tidak akan
pernah terjadi karena takdir tidak menginginkannya, Aku bergumam dalam hati
sambil tersenyum, berbahagialah demi aku.. Semoga kisah dan takdirmu berakhir happy ending sekalipun tidak bersamaku.. 😊