Pendidikan
Dan Kebudayaan Untuk Revolusi Karakter Bangsa Dan Kebhinekaan
Secara
garis besar, pendidikan merupakan proses pembelajaran akan aneka ilmu
pengetahuan yang dapat diperoleh melalui lembaga formal maupun informal. Lembaga
formal yaitu melalui pendidikan formal yang diperoleh secara sistematis dan
berjenjang, yaitu dari tingkat prasekolah hingga perguruan tinggi. Sedangkan
pendidikan yang didapat secara informal bisa saja diperoleh dari pelatihan,
kursus, lingkungan keluarga ataupun secara otodidak yang salah satunya dapat
diperoleh berdasarkan pengalaman hidup. Pendidikan di Indonesia sudah menjadi
hal yang krusial sejak masa penjajahan. Dimana dalam perkembangannya, Indonesia
telah sangat berani mensejajarkan pendidikan kolonial dengan didirikannya sekolah
bersistem nasional yang diperuntukkan bagi masyarakat Indonesia. Salah satunya
digagas oleh Ki Hadjar Dewantara yang dikenal sebagai Bapak Pendidikan
Indonesia, yaitu sekolah nasional Taman Siswa di Yogyakarta pada tahun 1922.
Bangsa Indonesia sejak dulu kala
memegang teguh bahwa pendidikan pada hakikatnya tidak boleh lepas dari aspek
nilai-nilai kebudayaan. Sejak masa perjuangan kemerdekaan, pendidikan telah
merupakan satu kesatuan yang utuh dengan budaya bangsa, yang diharapkan mampu mewujudnyatakan
cerminan masyarakat yang berkepribadian beradab dan menjunjung tinggi
nilai-nilai persatuan. Dengan kata lain, pendidikan sebagai alat transfer
pengetahuan haruslah mampu memberdayakan atau melestarikan budaya nasional
karena di dalamnya terdapat nilai moral yang mengacu pada ideologi (pandangan
hidup) dan cita-cita bangsa dalam mempertahankan kedaulatan. Pada proses
pembangunan di Indonesia, pendidikan terus mengalami perubahan (transformasi) seiring
dengan perkembangan budaya, yang diharapkan dapat mengacu pada hal yang positif
yang pastinya ke arah yang lebih baik.
Proses transformasi struktural yang
terus berevolusi di Indonesia salah satunya
melalui saluran pendidikan yang merupakan motor penggerak utama dalam
proses pembangunan ekonomi. Hal ini ditandai dengan peningkatan jumlah orang
yang berpendidikan tinggi sehingga memungkinkan mendapatkan pendapatan yang
lebih baik. Selain itu, dengan adanya perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan
yang banyak diusahakan oleh pemerintah dewasa ini yaitu diantaranya dengan
memperluas sarana pelatihan keterampilan, baik secara teknis maupun nonteknis (softskils) dalam rangka pengembangan
karakter untuk membangun perilaku individu yang tepat (disiplin, kerjasama,
kepemimpinan, kemandirian, dan lain sebagainya), maka otomatis akan
meningkatkan pula struktur kebudayaan nasional. Terlebih lagi dengan kenyataan
adanya peningkatan pertumbuhan penduduk yang semakin pesat tiap tahunnya, jika
tidak diiringi dengan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), maka Indonesia
dipastikan akan semakin mengalami kemiskinan, tingkat pengangguran yang tinggi dan
adanya ketimpangan pendapatan.
Pemerataan pembangunan untuk
pengentasan kemiskinan yang sedang digalakkan pemerintah melalui saluran
pendidikan, diantaranya pemerintah berusaha memberikan akomodasi bagi
masyarakat baik perkotaan maupun daerah pedalaman untuk dapat memperoleh
pendidikan yang layak. Hal ini dapat kita lihat dari banyaknya perbaikan dan
penambahan gedung sekolah, bahkan pemerintah mengusahakan masyakarat yang tidak
mampu untuk juga dapat memperoleh kebutuhan pendidikan yang merata secara
gratis. Hal ini diupayakan pemerintah untuk memasuki globalisasi yang semakin
berkembang dan mempersiapkan generasi muda untuk dapat bersaing secara
internasional. Kemajuan pendidikan Indonesia juga dapat kita lihat dari
banyaknya sekolah-sekolah yang bertaraf internasional. Dengan kata lain,
Indonesia mulai semakin terbuka dengan informasi ataupun pengetahuan baru yang
berasal dari luar, sehingga mau tidak mau Indonesia juga turut mengalami
transfer budaya. Adanya transfer budaya dalam hal ini mengakibatkan masuknya
pengaruh budaya asing merupakan hal yang cukup dilematis bagi Indonesia. Di
satu sisi, adanya transfer budaya akan menambah pengetahuan yang lebih
‘memodernisasi’ atau memajukan masyarakat, namun di sisi yang lain, hal ini
juga dikhawatirkan dapat mengaburkan idealis budaya nasional yang menjadi
karakter bangsa.
Perkembangan budaya nasional yang
saling berhubungan dengan pendidikan memang sudah seharusnya mendapat perhatian
lebih dari masyarakat, baik pemerintah maupun kita sebagai warga negara
Indonesia. Pendidikan yang mencerminkan budaya bangsa harus mampu
menumbuhkembangkan potensi-potensi yang sesuai dengan nilai-nilai yang terdapat
dalam masyarakat. Sehingga, revolusi karakter yang terbentuk merupakan karakter
pemersatu yang semakin cinta akan tanah air dan memiliki semangat serta tujuan
yang semata-mata untuk kemajuan pembangunan bangsa. Sekalipun semakin meluasnya
pengaruh globalisasi, kita harus tetap memiliki kesadaran penuh untuk
mempertahankan nilai-nilai budaya yang sudah susah payah diperjuangkan oleh
nenek moyang kita sejak jaman perjuangan kemerdekaan. Indonesia jangan sampai
‘kebablasan’ dalam menerima transfer budaya dari asing yang masuk melalui pengetahuan
pendidikan yang dapat mengkontaminasi secara negatif karakter bangsa, apalagi
yang dapat memecah-belah keragaman Indonesia yang ber-Bhineka Tunggal Ika.
Karena pada dasarnya kitalah yang harus menguasai globalisasi bukan globalisasi
yang menguasai kita. Artinya, pengaruh globalisasi harus tetap di bawah kendali
kita sebagai bangsa yang memiliki ideologi dan bermartabat yang mencerminkan
Pancasila sebagai dasar negara.